MAKALAH
Kewirausahaan
“pengertian,
prospek, tantangan dan teori-teori kewirausahaan”

Disusun Oleh :
Kelompok 2
Devi Silpia (06111011008)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2014
1. PENGERTIAN
KEWIRAUSAHAAN
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pengertian
wirausaha yaitu orang yang pandai atau berbakat mengenali produk baru,
menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru,
memasarkannya, serta mengatur permodalan operasinya.
Beberapa Definisi kewirausahaan berdasarkan pendapat para ahli adalah
sebagai berikut :
·
Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan dasar
sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses dan hasil bisnis
(Achmad Sanusi, 1994).
·
Kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda
(ability to create the new and different). (Drucker, 1959).
·
Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan
persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan. (Zimmerer, 1996).
·
Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha (star-up
phase) dan perkembangan usaha (venture growth). (Soeharto Prawiro, 1997).
·
Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku, dan kemampuan seseorang dalam
menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan,
serta menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan
efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh
keuntungan yang lebih besar. (Keputusan Menteri Koperasi dan Pembinaan
Pengusaha Kecil Nomor 961/KEP/M/XI/1995).
·
Kewirausahaan adalah suatu kemampuan (ability) dalam berfikir kreatif dan berperilaku
inovatif yang dijadikan dasar, sumber daya, tenaga penggerak tujuan, siasat
kiat dan proses dalam menghadapi tantangan hidup. (Soeparman Spemahamidjaja,
1977).
·
Kewirausahaan adalah suatu sifat keberanian, keutamaan dalam keteladanan dalam
mengambil resiko yang bersumber pada kemampuan sendiri. (S. Wijandi, 1988).
·
Kewirausahaan didefinisikan sebagai bekerja sendiri (self-employment). (Richard
Cantillon, 1973).
·
Entrepreneur atau kewirausahaan adalah merupakan
proses menciptakan sesuatu yang berbeda dengan mengabdikan seluruh waktu
dan tenaganya disertai dengan menanggung resiko keuangan, kejiwaan,
sosial, dan menerima balas jasa dalam bentuk uang dan kepuasan pribadinya.
(Norman M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer (1993:5)
Jadi, Kewirausahaan adalah kemampuan seorang manajer resiko (risk
manager) dalam mengoptimalkan segala sumber daya yang ada, baik itu
materil, intelektual, waktu, dan kemampuan kretivitasnya untuk mengenali dan
menghasilkan produk baru yang berguna bagi diri dan orang lain, menentukan cara
produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya,
serta mengatur permodalan operasinya.
1.
PROSPEK KEWIRAUSAHAAN
Agar ide-ide yang masih potensial menjadi peluang
bisnis yang riil, maka wirausaha harus bersedia melakukan evaluasi terhadap
peluang secaa terus-menerus. Proses penjaringan idea tau disebut scrrening
merupakan suatu cara terbaik untuk menuangkan ide potensial menjadi produk dan
jasa riil. Adapun langkah dalam penjaringan (screening) ide dapat
dilakukan sebagai berikut:
1. Menciptakan produk baru dan berbeda.
Ketika
ide dimunculkan secara riil atau nyata, misalnya dalam bentuk barang dan jasa
baru, maka produk dan jasa tersebut harus berbeda dengan produk dan jasa yang
ada di pasar. Selain itu, produk dan jasa tersebut harus bernilai bagi konsumen
baik pelanggan maupun konsumen potensial lainnya. Oleh sebab itu, wirausaha
harus benar- benar mengetahui perilaku konsumen di pasar. Dalam mengamati
perilaku pasar, paling sedikit ada dua unsur pasar yang perlu diperhatikan:
a) Permintaan terhadap barang atau jasa yang dihasilkan
b) Waktu penyerahan dan waktu permintaan barang dan jasa
2. Mengamati pintu peluang
Wirausaha harus mengamati potensi-potensi yang
dimiliki pesaing, misalnya kemungkinan pesaing mengembangkan produk baru,
pengalaman kebehasilan dalam mengembangka produk baru, dukungan keuangan dan
keunggulan-keunggulan yang dimiliki pesaing di pasar. Pintu peluang dapat
diperoleh dengan cara seperti pada gambar berikut[1][7]:
Untuk mengetahui kelemahan, kekuatan, dan peluang yang dimiliki pesaing,
dan peluang yang dapat kita peroleh, menurut Zimmerer (1996 : 67) ada
beberapa keadaan yang dapat menciptakan peluang, yaitu :
a. Produk baru harus
segera di pasarkan dalam jangka waktu yang relative singkat.
b. Kerugian teknik harus rendah.
c. Bila pesaing tidak
begitu agresif untuk mengembangkan strategi produknya
d. Pesaing tidak
memiliki teknologi canggih.
e. Pesaing sejak awal
tidak memiliki strategi dalam mempertahankan posisi pasarnya.
f.
Perusahaan
baru memiliki kemampuan dan sumber-sumber untuk menghasilkan produk barunya.
3.
Analisis produk dan proses produksi secara mendalam
Analisis ini sangat penting
untuk menjamin apakah jumlah dan kualitas produk yang di hasilkan memadai atau
tidak.
4.
Menaksir biaya awal , yaitu biaya awal yang diperlukan oleh usaha baru.
5.
Memperhitungkan resiko yang mungkin terjadi
Resiko pesaing, kemampuan dan kesediaan pesaing untuk mempertahankan
posisi pasarnya:
a.
Kesamaan
dan keunggulan produk yang dikembangkan pesaing
b.
Tingkat
keberhasilan yang dicapai pesaing dalam pengembangan produknya
c.
Seberapa
besar dukungan keuangan pesaing bagi pengembangan produk baru
Resiko teknik adalah kegagalan dalam proses pengembangan produk yang
cocok dengan yang diharapkan atau menyangkut suatu objek penentu. Sedangkan
resiko finansial adalah kegagalan yang timbul akibat ketidakcukupan dana baik
dalam pengembangan produk baru maupun dalam menciptakan dan mempertahankan
perusahaan untuk mendukung biaya produk baru.
Dalam era persaingan yang semakin ketat, peluang pasar seakan tidak
pernah muncul dengan sendirinya. Ia ada, tapi seolah tidak ada jika tidak
diciptakan. Untuk menciptakan peluang tersebut, upaya yang dapat ditempuh
adalah dengan membaca selera konsumen.
Untuk menarik
konsumen, Prof. M. T. Copeland membagi dua motif konsumen yaitu:
a. Motif-motif rasional
b. Motif-motif emosional
Dalam berwirausaha juga penting melakukan advertisement atau
promosi. Dengan semakin canggihnya teknologi informasi, maka penyampaian iklan
kepada calon konsumen menjadi semakin efektif dan efisien. Mengoptimalkan
adanya kemajuan teknologi untuk mempromosikan produk sangat bermanfaat untuk
mengembangkan usaha terutama usaha kecil agar lebih berkembang.
2. TANTANGAN KEWIRAUSAHAAN
Tantangan Berwirausaha bagi Generasi Muda
Pertumbuhan ekonomi hingga kini belum menggembirakan. Sektor riil yang
menjadi penopang kehidupan masyarakat, masih kembang-kempis. Pengangguran
terbuka pun kini sudah mencapai angka 12 juta. Sebuah kondisi yang
memprihatinkan dan butuh penanganan secepatnya.
Namun tampaknya, pemerintah kurang agresif dalam merespon kondisi
tersebut. Pemerintah justru lebih gesit menangani permasalahan politik, yang
justru menyangkut kepentingan pribadi maupun kelompoknya. Kasus Century
belakangan ini tentu membuat wong cilik prihatin, karena semakin dilupakan
pemimpinnya. Padahal di saat bersamaan, tekanan persaingan global berada di
depan mata, seiring dengan diberlakukan perjanjian China-Asean Free Trade Area (CAFTA).
Modal berharga untuk menjalani bidang kewirausahaan adalah keberanian
dan jaringan (networking). Apabila generasi muda malas dan kurang
tertarik pada pemunculan ide-ide kreatif, bagaimana bisa untuk berani dan
menjalin relasi yang luas. Padahal menurut beberapa ahli, tak ada suatu
kesuksesan yang bisa direngkuh tanpa usaha keras. Menurut Andrie Wongso,
"Jika kita keras terhadap diri kita, maka hidup kita akan jadi lunak.
Namun, kalau kita lunak pada diri kita, maka hidup kita akan jadi keras."
Sikap pemerintah yang kurang gesit di dalam menangani krisis ekonomi di
Indonesia, pada akhirnya semakin menambah penduduk miskin dan menganggur di
Indonesia. Bahkan, akibat tingginya tekanan persaingan global, banyak
perusahaan yang gulung tikar, sehingga gelombang PHK pun terus berlangsung.
Padahal, fakta memperlihatkan, setiap tahun Indonesia memproduksi lebih dari
250.000-350.000 sarjana.
Hal itu jelas menjadi tantangan tersendiri bagi generasi muda untuk
turut andil dalam mengatasi krisis yang hingga kini terus menjerat negeri ini.
Sebagai generasi penerus bangsa, generasi muda punya tanggung jawab moril untuk
mempertahankan negeri ini dari derasnya tekanan persaingan global akibat adanya
pasar bebas. Melihat kondisi negeri ini yang sudah semakin dilanda krisis,
sudah seharusnya kita segera bertindak, paling tidak menjawab tantangan
berwirausaha tersebut. Apabila virus wirausaha telah menyebar ke lingkup
generasi muda, niscaya negeri ini memiliki modal berharga, paling tidak untuk
bersaing dengan negara lain, tak terkecuali negara maju. Alhasil, kita jadi tak
dianggap remeh lagi oleh negara lain dan menjadi diperhitungkan oleh
negara-negara maju.
Melihat lapangan kerja yang semakin sempit, tampaknya generasi muda
dihadapkan pada tantangan berwirausaha. Apabila banyak generasi muda yang
terjun ke sektor kewirausahaan, niscaya perekonomian dalam negeri
berangsur-angsur pulih. Menjadi wirausaha merupakan jalan keluar elegan
mengurangi pengangguran dan kemiskinan di negeri ini di tengah lapangan kerja
yang semakin sempit atau berkurang. Dengan menjadi wirausaha, berarti generasi
muda membuka lapangan pekerjaan bagi orang lain.
Jika ditilik dari segi minat, sebetulnya banyak generasi muda terutama
dari kalangan mahasiswa yang tertarik untuk menjadi wirausaha. Tapi sayang, tak
diikuti dengan usaha riil untuk mencapainya. Banyak generasi muda lebih
tertarik mengekor, daripada berinovasi kreatif. Banyak yang lebih suka
nongkrong atau dugem dan menghamba pada kemalasan.
Tantangan Utama dalam Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)
Wirausahawan adalah seseorang yang menciptakan sebuah bisnis baru dengan
mengambil risiko dan ketidakpastian demi mencapai keuntungan dan pertumbuhan
dengan cara mengidentifikasi peluang dan menggabungkan sumber daya yang
diperlukan untuk mendirikannya.
Hanya sumber daya manusia yang memiliki keunggulanlah yang dapat
bertahan dalam persaingan. Demikian juga pertumbuhan penduduk dunia yang
semakin cepat disertai persaingan yang tinggi akan menimbulkan berbagai
angkatan kerja yang kompetitif dan akan menimbulkan pengangguran bagi sumber
daya manusia yang tidak memiliki keunggulan daya saing yang kuat,seharusnya
masyarakat memiliki pendidikkan yang baik sehingga menjadi SDM yang berkulitas.
Mengidentifikasi profil dari seorang wirausahawan itu, yaitu:
1. Menyukai Tanggung Jawab
Wirausahawan merasa bertanggung jawab secara pribadi atas hasil
perusahaan tempat mereka terlibat.
2. Lebih menyukai resiko menengah
Wirausahawan bukanlah pengambil resiko liar, melainkan seorang yang
mengambil resiko yang diperhitungkan. Wirausahawan melihat sebuah bisnis dengan
pemahaman resiko pribadinya.
3. Keyakinan atas kemampuan untuk berhasil
Wirausahawan umumnya memiliki banyak keyakinan atas kemampuan untuk
berhasil. Mereka cenderung optimis terhadap peluang keberhasilan dan optimisme
mereka biasanya berdasarkan kenyataan.
4. Hasrat untuk mendapatkan umpan balik langsung
Wirausahawan ingin mengetahui sebaik apa mereka bekerja dan terus
menerus mencari pengukuhan.
5. Tingkat energi yang tinggi
Wirausahawan lebih energik dibandingkan orang kebanyakkan. Energi ini
merupakan faktor penentu mengingat luar biasanya bisnis yang diperlukan untuk
mendirikan suatu perusahaan.
6. Orientasi ke depan
Wirausahawan memiliki indera yang kuat dalam mencari peluang. Mereka
melihat ke depan dan tidak begitu mempersoalkan apa yang telah dikerjakan
kemarin, melainkan lebih mempersoalkan apa yang dikerjakan besok.
7. Keterampilan Mengorganisasi
Membangun sebuah perusahaan “dari nol” dapat dibayangkan seperti
menghubungkan potongan-potongan sebuah gambar besar. Para wirausahawan
mengetahui cara mengumpulkan orang-orang yang tepat untuk menyelesaikan suatu
tugas. Penggabungan orang dan pekerjaan secara efektif memungkinkan para
wirausahawan untuk mengubah pandangan ke depan menjadi kenyataan.
8. Menilai prestasi lebih tinggi daripada uang.
Salah satu kesalahmengertian yang paling umum mengenai wirausahawan
adalah anggapan bahwa mereka sepenuhnya terdorong oleh keinginan menghasilkan
uang. Sebaliknya, prestasi tampak sebagai motivasi utama wirausahawan; uang
hanyalah cara untuk “menghitung skor” pencapaian sasaran atau simbol prestasi.
Menelaah sebab-sebab kegagalan bisnis kecil mungkin dapat membantu kita
menghindari masalah tersebut. Diantara kegagalan utama yang mungkin, dapat
penulis utarakan sebagai berikut.:
1. Ketidakmampuan Manajemen
Dalam kebanyakan UKMK, kurangnya pengalaman manajemen atau lemahnya
kemampuan pengambilan keputusan merupakan masalah utama dari kegagalan usaha. Pemiliknya
kurang mempunyai jiwa kepemimpinan dan pengetahuan yang diperlukan untuk
membuat bisnisnya berjalan.
2. Kurang Pengalaman
Idealnya, calon wirausahawan harus memiliki keterampilan teknis yang
memadai (pengalaman kerja mengenai pengoperasian fisik bisnis dan kemampuan
konsep yang mencukupi); kemampuan memvisualisasi, mengkoordinasi, dan
mengintegrasikan berbagai kegiatan bisnis menjadi keseluruhan yang sinergis.
3. Lemahnya Kendali Keuangan
Dalam hal ini ada dua kelemahan mendasar yang perlu digarisbawahi,
yaitu: kekurangan modal dan kelemahan dalam kebijakkan kredit terhadap
pelanggan. Banyak wirausahawan membuat kesalahan pada awal bisnis dengan hanya
“modal dengkul,” yang merupakan kesalahan fatal. Wirausahawan cenderung sangat
optimis dan sering salah menilai uang yang dibutuhkan untuk masuk ke dalam
bisnis. Sebagai akibatnya, mereka memulai usaha dengan modal yang terlalu
sedikit dan tampaknya permodalan yang memadai tidak akan pernah tercapai
mengingat perusahaan mereka memerlukan semakin banyak uang untuk mendanai
pertumbuhannya. Selain itu, tekanan terhadap UKMK untuk menjual secara kredit
sangat kuat. Dimana, beberapa manajer melihat peluang untuk mendapatkan
keunggulan persaingan terhadap pesaingnya dengan cara menawarkan penjualan
kredit. Apapun kasusnya, pemilik bisnis kecil harus mengendalikan penjualan
kredit secara hati-hati karena kegagalan mengendalikannya dapat menghancurkan
kesehatan keuangan bisnis kecil.
4. Gagal Mengembangkan Perencanaan Strategis.
Terlalu banyak wirausahawan yang mengabaikan proses perencanaan
strategis, karena mereka mengira hal tersebut hanya bermanfaat untuk perusahaan
besar saja. Namun, kegagalan perencanaan biasanya mengakibatkan kegagalan dalam
bertahan hidup dan ini berlaku untuk keduanya usaha besar maupun usaha kecil.
Sebab, tanpa suatu strategi yang didefinisikan dengan jelas, sebuah bisnis
tidak memiliki dasar yang berkesinambungan untuk menciptakan dan memelihara keunggulan
bersaing di pasar.
5. Lokasi yang buruk
Untuk bisnis apapun, pemilihan lokasi yang tepat untuk sebagian
merupakan suatu seni – dan untuk sebagian lagi ilmu. Sangat sering, lokasi
bisnis dipilih tanpa penelitian, pengamatan, dan perencanaan yang layak.
Beberapa wirausahawan memilih lokasi hanya karena ada tempat kosong. Akibat
ketidaktepanan lokasi ini, penjualan tidak berkembang dan bisnis tersebut
terancam gagal.
6. Pengendalian Persediaan yang Tidak Baik
Umumnya, investasi terbesar yang harus dilakukan manajer bisnis kecil
adalah dalam persediaan, namun pengendalian persediaan adalah salah satu
tanggung jawab manajerial yang paling sering diabaikan. Tingkat persediaan yang
tidak mencukupi akan mengakibatkan kekurangan dan kehabisan stok, yang akhirnya
mengakibatkan pelanggan kecewa dan pergi.
7. Ketidakmampuan Membuat Transisi Kewirausahaan.
Berhasil melewati “tahap awal kewirausahan” bukanlah jaminan
keberhasilan bisnis. Setelah berdiri, pertumbuhan biasanya memerlukan perubahan
gaya manajemen yang secar drastis berbeda. Kemampuan-kemampuan yang tadinya
membuat seorang wirausahawan berhasil seringkali mengakibatkan ketidakefektifan
manajerial. Pertumbuhan mengharuskan wirausahawan untuk mendelegasikan wewenang
dan melepaskan kegiatan pengendalian sehari-hari – sesuatu yang tidak mampu
dilakukan oleh banyak wirausahwan.
Tantangan Kewirausahaan dalam Konteks Global
Negara-negara yang
unggul dalam sumber dayanya akan memenangkan persaingan, sebaliknya
negara-negara yang tidak memiliki keunggulan bersaing dalam sumber daya akan
kalah dalam persaingan.
Negara-negara yang
memiliki keunggulan bersaing adalah negara-negara yang mampu memberdayakan
sumber daya manusianya secara nyata.
Tantangan Tanggung Jawab Sosial Kewirausahaan
Pendapat yang kontra menyatakan, jika perusahaan diharuskan melakukan
pertanggungjawaban sosial, maka akan terjadi konflik antara tujuan ekonomi
dengan tujuan sosial. Sedangkan pendapat yang pro menyatakan, pada dasarnya
perusahaan merupakan bagian dari masyarakat. Jadi, seandainya perusahaan sudah
memiliki kekayaan dalam jumlah besar, maka sebaiknya diimbangi dengan melakukan
program-program sosial yang keuntungannya mungkin akan dirasakan dalam jangka
panjang.
Ternyata dalam penerapan tanggung jawab sosial terdapat argumen yang
mendukung atau "pro" dan yang "kontra." Namun banyak
penelitian menyatakan bahwa dengan melakukan kegiatan dalam bentuk tanggung
jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility— CSR), perusahaan akan
mendapat banyak keuntungan selain dapat menjaga kelangsungan hidup perusahaan
dalam jangka panjang.
Beberapa bentuk
pertanggungjawaban sosial wirausahawan tersebut :
1. Tanggung jawab terhadap lingkungan, di mana wirausahawan harus selalu
menjaga kelestarian lingkungan.
2. Tanggung jawab terhadap karyawan, dengan selalu mendengarkan usulan
dan pendapat karyawan, mereka diberikan imbalan yang sesuai dan diberikan
kepercayaan penuh.
3. Tanggung jawab terhadap pelanggan, antara lain
(a) menyediakan barang dan jasa yang berkualitas;
(b) memberikan harga yang wajar;
(c) melindungi hak-hak konsumen, yaitu hak mendapatkan produk yang aman,
mendapat infbrmasi tentang produk, hak untuk didengar, dan hak untuk memilih
barang apa yang hendak dibeli.
4.. Tanggung jawab terhadap investor, dengan kesanggupan mengembalikan
investasi yang cukup menarik, seperti memaksimalkan keuntungan dan melaporkan
kinerja keuangan yang akuntabel.
5. Tanggung jawab terhadap masyarakat sekitar, seperti menyediakan atau
membuka lapangan kerja dan menjaga sitiiasi lingkungan yang sehat di sekitar
perusahaan tersebut berada.
3. TEORI - TEORI KEWIRAUSAHAAN
Menurut A. Pakerti, berwirausaha senantiasa
melibatkan dua unsur pokok, yaitu soal peluang dan soal kemampuan menanggapi
peluang. Hal ini dituangkan dalam teori:
1.
Teori Ekonomi
Menyatakan
bahwa wirausaha itu akan muncul dan berkembang kalau ada peluang ekonomi.
Misalnya ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi dimasa depan merupakan
peluang usaha. Disamping kebutuhan ekonomi, kemajuan teknologi juga membuka
peluang usaha.
2.
Teori Sosiologi
Para ahli sosiologi mencoba
menerangkan mengapa berbagai kelompok social (kelompok ras, suku, agama, dan
kelas sosial) menunjukkan tanggapan yang berbeda-beda atas peluang usaha.
Mereka meneliti faktor-faktor sosial budaya yang menerangkan p-erbedaan
kewirausahaan antara berbagai kelompok itu. Hagen mengemukakan teori bahwa
dalam kelompok itu orang didorong menjadi wirausaha karena sebagai
kelompok mereka dipandand rendah oleh kelompok elite dalam masyarakatnya.
Kelompok yang makin direndahkan kedudukan sosialnya makin besar kecenderungan
kewirausahaannya.
3.
Teori psikologis
Perintis
teori psikologi adalah David McCleland, ia menalarkan adanya hubungan antara
perilaku kewirausahaan dengan kebutuhan untuk berprestasi (need for achievement
atau nAch). Selanjutnya secara empiris ia menemukan korelasi positif antara
kuatnya nAch dan perilaku wirausaha yang berhasil. nAch terbentuk pada masa
kanak-kanak dan antaranya ditentukan oleh bacaan untuk Sekolah Dasar. Ini
berarti itu harus ditanamkan sejak dini. Namun motif berprestasi bisa
ditingkatkan melalui latihan pada orang dewasa.
4.
Teori Perilaku
Wesper
memandang perilaku wirausaha sebagai kerja. Ia menyimpulkan bahwa keberhasilan
seseorang wirausaha tergantung dari :
a.
Pilihan tempat kerjanya sebelum mulai
sebagai wira usaha
b.
Pilihan bidang usahanya, kerjasama dengan
orang lain
c.
Kepiawaian dalam mengamalkan
manajemen yang tepat.
Ducker
memandang kewirausahaan sebagai perilaku, bukan sebagai sifat kepribadian.
Kewirausahaan adalah praktek kerja yang bertumpu pada konsep dan teori, bukan
intuisi. Karena itu kewirausahaan dapat dipelajari dan dikuasai secara
sistematik dan terencana. Ia menyarankan tiga macam unsure perilaku untuk
mendukung berhasilnya praktek kewirausahaan :
a. Inovasi bertujuan
b. Manajemen-wirausaha
c. Strategi-wirausaha
Menurut
Ducker dasar pengetahuan kewirausahaan adalah inovasi, artinya cara baru
memanfaatkan sumber daya untuk menciptakan kekayaan. Untuk membuahkan inovasi
kita memperhatikan perubahan-perubahan yang terjadi disekitar kita secara
sistematis. Ini menyangkut kepekaan dan ketrampilan diagnostic, dua macam
kemampuan yang bisa dipelajari lewat latihan.
Orang yang mendirikan perusahaan
harus tahu manajemen dan cara mengamalkannya. Manajemen kewirausahaan mengutamakan
empat hal:
a. Fokus dasar
b. Antisipasi kebutuhan keuangan
c. Menyiapkan dan menyusun tim
manajemen puncak, jauh sebelum diperlukan
d. Penentuan peran di pendiri dalam
hubungannya dengan orang lain.
Strategi wirausaha yang diperlukan
untuk menempatkan diri dalam pasar:
a. Pemimpin yang dominan dalam pasar
b. Imitasi kreatif
c. Monopoli dengan produk atau jasa
yang sangat khusus
d. Menciptakan konsumen baru dengan
menciptakan produk dan jasa baru.
Teori perilaku beda dengan teori-teori yang dibicarakan sebelunnya karena mengutamakan kemampuan yang bisa dipelajari dan dikuasai sendiri oleh orang yang mau menjadi wirausaha. Ini berarti bahwa berhasil atau tidaknya seorang wirausaha tidak terutama ditentukan oleh faktor-faktor diluar kuasa dirinya, tetapi sebagian besar ditentukan sendiri olehnya.
Teori perilaku beda dengan teori-teori yang dibicarakan sebelunnya karena mengutamakan kemampuan yang bisa dipelajari dan dikuasai sendiri oleh orang yang mau menjadi wirausaha. Ini berarti bahwa berhasil atau tidaknya seorang wirausaha tidak terutama ditentukan oleh faktor-faktor diluar kuasa dirinya, tetapi sebagian besar ditentukan sendiri olehnya.
Berpangkal dari teori perilaku, kita
bisa berupaya mengembangkan wirausaha dengan keyakinan bahwa kewirausahaan bisa
dipelajari dan dikuasai. Teori perilaku dibatasi oleh warisan sisial dan
keturunan. Kewirausahaan adalah pilihan kerja, pilihan karier. Jadi untuk
mengembangkan wirausaha kita bisa menciptakan peluang ekonomi dan peluang
belajar kewirausahaan secara sengaja dan terencana.
1. Neo Klasik
Teori ini memandang perusahaan sebagai sebuah
istilah teknologis, dimana manajemen (individu-individu) hanya mengetahui biaya
dan penerimaan perusahaan dan sekedar melakukan kalkulasi matematis untuk
menentukan nilai optimal dari variabel keputusan. Jadi pendekatan neoklasik
tidak cukup mampu untuk menjelaskan isu mengenai kewirausahaan. Dalam teori ini
kemandirian sangat tidak terlihat, wajar saja, karena ini memang pada masa
lampau dimana belum begitu urgen masalah kemandirian, namun cukup bisa menjadi
teori awal untuk melahirkan teori-teori berikutnya.
2. Kirzerian
Entrepreneur
Dalam teori Kirzer menyoroti tentang kinerja
manusia, keuletanya, keseriusanya, kesungguhanya, untuk swa(mandiri), dalam
berusaha, sehingga maju mundurnya suatu usaha tergantung pada upaya dan
keuletan sang pengusaha.
Dari berbagai disiplin ilmu, lahirlah teori kewirausahaan
yang dipandang dari sudut pandang mereka masing-masing, Teori ekonomi memandang
bahwa lahirnya wirausaha disebabkan karena adanya peluang, dan ketidakpastian
masa depanlah yang akan melahirkan peluang untuk dimaksimalkan, hal ini
berkaitan dengan keberanian mengambil peluang, berspekulasi, menata organisasi,
dan melahirkan berbagai macam inovasi. Teori Sosiologi lebih
mempelajari tentang, asal-usul budaya dan nilai-nilai sosial disuatu masyarakat,
yang akan berdampak pada kemampuanya menanggapi peluang usaha dan mengolah
usaha, sebagai contoh orang etnis cina dan padang dikenal sebagai orang yang
ulet berusaha, maka fakta dilapangan menunjukkan, bahwa banyak sekali orang
cina dan padang yang meraih kesuksesan dalam berwirausaha. Selanjutnya teori
psikologi, menurut saya teori ini lebih menekankan pada motif individu yang
melatarbelakangi dirinya untuk berwirausaha, apabila sejak kecil ditanamkan
untuk berprestasi, maka lebih besar kemungkinan seorang individu lebih berani
dalam menanggapi peluang usaha yang diperolehnya.
Yang terakhir adalah teori perilaku, bagaimana seorang
wirausahawan harus memiliki kecakapan dalam mengorganisasikan suatu usaha,
memanaje keuangan dan hal-hal terkait, membangun jaringan, dan memasarkan
produk, dibutuhkan pribadi yang supel dan pandai bergaul untuk memajukan suatu
usaha.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar