Rabu, 26 November 2014

Pengertian, prosepek, teori dan tantangan kewirausahaan



MAKALAH
Kewirausahaan
“pengertian, prospek, tantangan dan teori-teori kewirausahaan”




Disusun Oleh :
Kelompok 2
Devi Silpia            (06111011008)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2014
1. PENGERTIAN KEWIRAUSAHAAN
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pengertian wirausaha yaitu orang yang pandai atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya, serta mengatur permodalan operasinya.
Beberapa Definisi kewirausahaan berdasarkan pendapat para ahli adalah sebagai berikut :
·         Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan dasar sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses dan hasil bisnis (Achmad Sanusi, 1994).
·         Kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create the new and different). (Drucker, 1959).
·         Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan. (Zimmerer, 1996).
·         Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha (star-up phase) dan perkembangan usaha (venture growth). (Soeharto Prawiro, 1997).
·         Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku, dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan, serta menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar. (Keputusan Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil Nomor 961/KEP/M/XI/1995).
·         Kewirausahaan adalah suatu kemampuan (ability) dalam berfikir kreatif dan berperilaku inovatif yang dijadikan dasar, sumber daya, tenaga penggerak tujuan, siasat kiat dan proses dalam menghadapi tantangan hidup. (Soeparman Spemahamidjaja, 1977).
·         Kewirausahaan adalah suatu sifat keberanian, keutamaan dalam keteladanan dalam mengambil resiko yang bersumber pada kemampuan sendiri. (S. Wijandi, 1988).
·         Kewirausahaan didefinisikan sebagai bekerja sendiri (self-employment). (Richard Cantillon, 1973).
·         Entrepreneur atau kewirausahaan adalah merupakan proses menciptakan sesuatu yang berbeda dengan mengabdikan seluruh waktu dan tenaganya disertai dengan menanggung resiko keuangan, kejiwaan, sosial, dan menerima balas jasa dalam bentuk uang dan kepuasan pribadinya. (Norman M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer (1993:5)
Jadi, Kewirausahaan adalah kemampuan seorang manajer resiko (risk manager) dalam mengoptimalkan segala sumber daya yang ada, baik itu materil, intelektual, waktu, dan kemampuan kretivitasnya untuk mengenali dan menghasilkan produk baru yang berguna bagi diri dan orang lain, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya, serta mengatur permodalan operasinya.
                   
1.      PROSPEK KEWIRAUSAHAAN
Agar ide-ide yang masih potensial menjadi peluang bisnis yang riil, maka wirausaha harus bersedia melakukan evaluasi terhadap peluang secaa terus-menerus. Proses penjaringan idea tau disebut scrrening merupakan suatu cara terbaik untuk menuangkan ide potensial menjadi produk dan jasa riil. Adapun langkah dalam penjaringan (screening) ide dapat dilakukan sebagai berikut:
1.     Menciptakan produk baru dan berbeda.
            Ketika ide dimunculkan secara riil atau nyata, misalnya dalam bentuk barang dan jasa baru, maka produk dan jasa tersebut harus berbeda dengan produk dan jasa yang ada di pasar. Selain itu, produk dan jasa tersebut harus bernilai bagi konsumen baik pelanggan maupun konsumen potensial lainnya. Oleh sebab itu, wirausaha harus benar- benar mengetahui perilaku konsumen di pasar. Dalam mengamati perilaku pasar, paling sedikit ada dua unsur pasar yang perlu diperhatikan:
a)     Permintaan terhadap barang atau jasa yang dihasilkan
b)     Waktu penyerahan dan waktu permintaan barang dan jasa
2.     Mengamati pintu peluang
Wirausaha harus mengamati potensi-potensi yang dimiliki pesaing, misalnya kemungkinan pesaing mengembangkan produk baru, pengalaman kebehasilan dalam mengembangka produk baru, dukungan keuangan dan keunggulan-keunggulan yang dimiliki pesaing di pasar. Pintu peluang dapat diperoleh dengan cara seperti pada gambar berikut[1][7]:
Untuk mengetahui kelemahan, kekuatan, dan peluang yang dimiliki pesaing, dan peluang yang dapat kita peroleh, menurut Zimmerer (1996 : 67) ada beberapa keadaan yang dapat menciptakan peluang, yaitu :
a.      Produk baru harus segera di pasarkan dalam jangka waktu yang relative singkat.
b.       Kerugian teknik harus rendah.
c.      Bila pesaing tidak begitu agresif untuk mengembangkan strategi produknya
d.      Pesaing tidak memiliki teknologi canggih.
e.      Pesaing sejak awal tidak memiliki strategi dalam mempertahankan posisi pasarnya.
f.       Perusahaan baru memiliki kemampuan dan sumber-sumber untuk menghasilkan produk barunya.
3.    Analisis produk dan proses produksi secara mendalam
Analisis ini sangat penting untuk menjamin apakah jumlah dan kualitas produk yang di hasilkan memadai atau tidak.
4.     Menaksir biaya awal , yaitu biaya awal yang diperlukan oleh usaha baru.
5.     Memperhitungkan resiko yang mungkin terjadi
Resiko pesaing, kemampuan dan kesediaan pesaing untuk mempertahankan posisi pasarnya:
a.   Kesamaan dan keunggulan produk yang dikembangkan pesaing
b.   Tingkat keberhasilan yang dicapai pesaing dalam pengembangan produknya
c.   Seberapa besar dukungan keuangan pesaing bagi pengembangan produk baru
Resiko teknik adalah kegagalan dalam proses pengembangan produk yang cocok dengan yang diharapkan atau menyangkut suatu objek penentu. Sedangkan resiko finansial adalah kegagalan yang timbul akibat ketidakcukupan dana baik dalam pengembangan produk baru maupun dalam menciptakan dan mempertahankan perusahaan untuk mendukung biaya produk baru.
Dalam era persaingan yang semakin ketat, peluang pasar seakan tidak pernah muncul dengan sendirinya. Ia ada, tapi seolah tidak ada jika tidak diciptakan. Untuk menciptakan peluang tersebut, upaya yang dapat ditempuh adalah dengan membaca selera konsumen.
Untuk menarik konsumen, Prof. M. T. Copeland membagi dua motif konsumen yaitu:
a.    Motif-motif rasional
b.    Motif-motif emosional
Dalam berwirausaha juga penting melakukan advertisement atau promosi. Dengan semakin canggihnya teknologi informasi, maka penyampaian iklan kepada calon konsumen menjadi semakin efektif dan efisien. Mengoptimalkan adanya kemajuan teknologi untuk mempromosikan produk sangat bermanfaat untuk mengembangkan usaha terutama usaha kecil agar lebih berkembang.

2.      TANTANGAN KEWIRAUSAHAAN        

Tantangan Berwirausaha bagi Generasi Muda

Pertumbuhan ekonomi hingga kini belum menggembirakan. Sektor riil yang menjadi penopang kehidupan masyarakat, masih kembang-kempis. Pengangguran terbuka pun kini sudah mencapai angka 12 juta. Sebuah kondisi yang memprihatinkan dan butuh penanganan secepatnya.
Namun tampaknya, pemerintah kurang agresif dalam merespon kondisi tersebut. Pemerintah justru lebih gesit menangani permasalahan politik, yang justru menyangkut kepentingan pribadi maupun kelompoknya. Kasus Century belakangan ini tentu membuat wong cilik prihatin, karena semakin dilupakan pemimpinnya. Padahal di saat bersamaan, tekanan persaingan global berada di depan mata, seiring dengan diberlakukan perjanjian China-Asean Free Trade Area (CAFTA).
Modal berharga untuk menjalani bidang kewirausahaan adalah keberanian dan jaringan (networking). Apabila generasi muda malas dan kurang tertarik pada pemunculan ide-ide kreatif, bagaimana bisa untuk berani dan menjalin relasi yang luas. Padahal menurut beberapa ahli, tak ada suatu kesuksesan yang bisa direngkuh tanpa usaha keras. Menurut Andrie Wongso, "Jika kita keras terhadap diri kita, maka hidup kita akan jadi lunak. Namun, kalau kita lunak pada diri kita, maka hidup kita akan jadi keras."
Sikap pemerintah yang kurang gesit di dalam menangani krisis ekonomi di Indonesia, pada akhirnya semakin menambah penduduk miskin dan menganggur di Indonesia. Bahkan, akibat tingginya tekanan persaingan global, banyak perusahaan yang gulung tikar, sehingga gelombang PHK pun terus berlangsung. Padahal, fakta memperlihatkan, setiap tahun Indonesia memproduksi lebih dari 250.000-350.000 sarjana.
Hal itu jelas menjadi tantangan tersendiri bagi generasi muda untuk turut andil dalam mengatasi krisis yang hingga kini terus menjerat negeri ini. Sebagai generasi penerus bangsa, generasi muda punya tanggung jawab moril untuk mempertahankan negeri ini dari derasnya tekanan persaingan global akibat adanya pasar bebas. Melihat kondisi negeri ini yang sudah semakin dilanda krisis, sudah seharusnya kita segera bertindak, paling tidak menjawab tantangan berwirausaha tersebut. Apabila virus wirausaha telah menyebar ke lingkup generasi muda, niscaya negeri ini memiliki modal berharga, paling tidak untuk bersaing dengan negara lain, tak terkecuali negara maju. Alhasil, kita jadi tak dianggap remeh lagi oleh negara lain dan menjadi diperhitungkan oleh negara-negara maju.
Melihat lapangan kerja yang semakin sempit, tampaknya generasi muda dihadapkan pada tantangan berwirausaha. Apabila banyak generasi muda yang terjun ke sektor kewirausahaan, niscaya perekonomian dalam negeri berangsur-angsur pulih. Menjadi wirausaha merupakan jalan keluar elegan mengurangi pengangguran dan kemiskinan di negeri ini di tengah lapangan kerja yang semakin sempit atau berkurang. Dengan menjadi wirausaha, berarti generasi muda membuka lapangan pekerjaan bagi orang lain.
Jika ditilik dari segi minat, sebetulnya banyak generasi muda terutama dari kalangan mahasiswa yang tertarik untuk menjadi wirausaha. Tapi sayang, tak diikuti dengan usaha riil untuk mencapainya. Banyak generasi muda lebih tertarik mengekor, daripada berinovasi kreatif. Banyak yang lebih suka nongkrong atau dugem dan menghamba pada kemalasan.

Tantangan Utama dalam Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)
Wirausahawan adalah seseorang yang menciptakan sebuah bisnis baru dengan mengambil risiko dan ketidakpastian demi mencapai keuntungan dan pertumbuhan dengan cara mengidentifikasi peluang dan menggabungkan sumber daya yang diperlukan untuk mendirikannya.
Hanya sumber daya manusia yang memiliki keunggulanlah yang dapat bertahan dalam persaingan. Demikian juga pertumbuhan penduduk dunia yang semakin cepat disertai persaingan yang tinggi akan menimbulkan berbagai angkatan kerja yang kompetitif dan akan menimbulkan pengangguran bagi sumber daya manusia yang tidak memiliki keunggulan daya saing yang kuat,seharusnya masyarakat memiliki pendidikkan yang baik sehingga menjadi SDM yang berkulitas.
Mengidentifikasi profil dari seorang wirausahawan itu, yaitu:
1. Menyukai Tanggung Jawab
Wirausahawan merasa bertanggung jawab secara pribadi atas hasil perusahaan tempat mereka terlibat.
2. Lebih menyukai resiko menengah
Wirausahawan bukanlah pengambil resiko liar, melainkan seorang yang mengambil resiko yang diperhitungkan. Wirausahawan melihat sebuah bisnis dengan pemahaman resiko pribadinya.
3. Keyakinan atas kemampuan untuk berhasil
Wirausahawan umumnya memiliki banyak keyakinan atas kemampuan untuk berhasil. Mereka cenderung optimis terhadap peluang keberhasilan dan optimisme mereka biasanya berdasarkan kenyataan.
4. Hasrat untuk mendapatkan umpan balik langsung
Wirausahawan ingin mengetahui sebaik apa mereka bekerja dan terus menerus mencari pengukuhan.
5. Tingkat energi yang tinggi
Wirausahawan lebih energik dibandingkan orang kebanyakkan. Energi ini merupakan faktor penentu mengingat luar biasanya bisnis yang diperlukan untuk mendirikan suatu perusahaan.
6. Orientasi ke depan
Wirausahawan memiliki indera yang kuat dalam mencari peluang. Mereka melihat ke depan dan tidak begitu mempersoalkan apa yang telah dikerjakan kemarin, melainkan lebih mempersoalkan apa yang dikerjakan besok.
7. Keterampilan Mengorganisasi
Membangun sebuah perusahaan “dari nol” dapat dibayangkan seperti menghubungkan potongan-potongan sebuah gambar besar. Para wirausahawan mengetahui cara mengumpulkan orang-orang yang tepat untuk menyelesaikan suatu tugas. Penggabungan orang dan pekerjaan secara efektif memungkinkan para wirausahawan untuk mengubah pandangan ke depan menjadi kenyataan.
8. Menilai prestasi lebih tinggi daripada uang.
Salah satu kesalahmengertian yang paling umum mengenai wirausahawan adalah anggapan bahwa mereka sepenuhnya terdorong oleh keinginan menghasilkan uang. Sebaliknya, prestasi tampak sebagai motivasi utama wirausahawan; uang hanyalah cara untuk “menghitung skor” pencapaian sasaran atau simbol prestasi.
Menelaah sebab-sebab kegagalan bisnis kecil mungkin dapat membantu kita menghindari masalah tersebut. Diantara kegagalan utama yang mungkin, dapat penulis utarakan sebagai berikut.:
1. Ketidakmampuan Manajemen
Dalam kebanyakan UKMK, kurangnya pengalaman manajemen atau lemahnya kemampuan pengambilan keputusan merupakan masalah utama dari kegagalan usaha. Pemiliknya kurang mempunyai jiwa kepemimpinan dan pengetahuan yang diperlukan untuk membuat bisnisnya berjalan.
2. Kurang Pengalaman
Idealnya, calon wirausahawan harus memiliki keterampilan teknis yang memadai (pengalaman kerja mengenai pengoperasian fisik bisnis dan kemampuan konsep yang mencukupi); kemampuan memvisualisasi, mengkoordinasi, dan mengintegrasikan berbagai kegiatan bisnis menjadi keseluruhan yang sinergis.
3. Lemahnya Kendali Keuangan
Dalam hal ini ada dua kelemahan mendasar yang perlu digarisbawahi, yaitu: kekurangan modal dan kelemahan dalam kebijakkan kredit terhadap pelanggan. Banyak wirausahawan membuat kesalahan pada awal bisnis dengan hanya “modal dengkul,” yang merupakan kesalahan fatal. Wirausahawan cenderung sangat optimis dan sering salah menilai uang yang dibutuhkan untuk masuk ke dalam bisnis. Sebagai akibatnya, mereka memulai usaha dengan modal yang terlalu sedikit dan tampaknya permodalan yang memadai tidak akan pernah tercapai mengingat perusahaan mereka memerlukan semakin banyak uang untuk mendanai pertumbuhannya. Selain itu, tekanan terhadap UKMK untuk menjual secara kredit sangat kuat. Dimana, beberapa manajer melihat peluang untuk mendapatkan keunggulan persaingan terhadap pesaingnya dengan cara menawarkan penjualan kredit. Apapun kasusnya, pemilik bisnis kecil harus mengendalikan penjualan kredit secara hati-hati karena kegagalan mengendalikannya dapat menghancurkan kesehatan keuangan bisnis kecil.
4. Gagal Mengembangkan Perencanaan Strategis.
Terlalu banyak wirausahawan yang mengabaikan proses perencanaan strategis, karena mereka mengira hal tersebut hanya bermanfaat untuk perusahaan besar saja. Namun, kegagalan perencanaan biasanya mengakibatkan kegagalan dalam bertahan hidup dan ini berlaku untuk keduanya usaha besar maupun usaha kecil. Sebab, tanpa suatu strategi yang didefinisikan dengan jelas, sebuah bisnis tidak memiliki dasar yang berkesinambungan untuk menciptakan dan memelihara keunggulan bersaing di pasar.
5. Lokasi yang buruk
Untuk bisnis apapun, pemilihan lokasi yang tepat untuk sebagian merupakan suatu seni – dan untuk sebagian lagi ilmu. Sangat sering, lokasi bisnis dipilih tanpa penelitian, pengamatan, dan perencanaan yang layak. Beberapa wirausahawan memilih lokasi hanya karena ada tempat kosong. Akibat ketidaktepanan lokasi ini, penjualan tidak berkembang dan bisnis tersebut terancam gagal.
6. Pengendalian Persediaan yang Tidak Baik
Umumnya, investasi terbesar yang harus dilakukan manajer bisnis kecil adalah dalam persediaan, namun pengendalian persediaan adalah salah satu tanggung jawab manajerial yang paling sering diabaikan. Tingkat persediaan yang tidak mencukupi akan mengakibatkan kekurangan dan kehabisan stok, yang akhirnya mengakibatkan pelanggan kecewa dan pergi.
7. Ketidakmampuan Membuat Transisi Kewirausahaan.
Berhasil melewati “tahap awal kewirausahan” bukanlah jaminan keberhasilan bisnis. Setelah berdiri, pertumbuhan biasanya memerlukan perubahan gaya manajemen yang secar drastis berbeda. Kemampuan-kemampuan yang tadinya membuat seorang wirausahawan berhasil seringkali mengakibatkan ketidakefektifan manajerial. Pertumbuhan mengharuskan wirausahawan untuk mendelegasikan wewenang dan melepaskan kegiatan pengendalian sehari-hari – sesuatu yang tidak mampu dilakukan oleh banyak wirausahwan.

Tantangan Kewirausahaan dalam Konteks Global
Negara-negara yang unggul dalam sumber dayanya akan memenangkan persaingan, sebaliknya negara-negara yang tidak memiliki keunggulan bersaing dalam sumber daya akan kalah dalam persaingan.
Negara-negara yang memiliki keunggulan bersaing adalah negara-negara yang mampu memberdayakan sumber daya manusianya secara nyata.

Tantangan Tanggung Jawab Sosial Kewirausahaan
Pendapat yang kontra menyatakan, jika perusahaan diharuskan melakukan pertanggungjawaban sosial, maka akan terjadi konflik antara tujuan ekonomi dengan tujuan sosial. Sedangkan pendapat yang pro menyatakan, pada dasarnya perusahaan merupakan bagian dari masyarakat. Jadi, seandainya perusahaan sudah memiliki kekayaan dalam jumlah besar, maka sebaiknya diimbangi dengan melakukan program-program sosial yang keuntungannya mungkin akan dirasakan dalam jangka panjang.
Ternyata dalam penerapan tanggung jawab sosial terdapat argumen yang mendukung atau "pro" dan yang "kontra." Namun banyak penelitian menyatakan bahwa dengan melakukan kegiatan dalam bentuk tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility— CSR), perusahaan akan mendapat banyak keuntungan selain dapat menjaga kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka panjang.
Beberapa bentuk pertanggungjawaban sosial wirausahawan tersebut :
1. Tanggung jawab terhadap lingkungan, di mana wirausahawan harus selalu menjaga kelestarian lingkungan.
2. Tanggung jawab terhadap karyawan, dengan selalu mendengarkan usulan dan pendapat karyawan, mereka diberikan imbalan yang sesuai dan diberikan kepercayaan penuh.
3.  Tanggung jawab terhadap pelanggan, antara lain
(a) menyediakan barang dan jasa yang berkualitas;
(b) memberikan harga yang wajar;
(c) melindungi hak-hak konsumen, yaitu hak mendapatkan produk yang aman, mendapat infbrmasi tentang produk, hak untuk didengar, dan hak untuk memilih barang apa yang hendak dibeli.
4.. Tanggung jawab terhadap investor, dengan kesanggupan mengembalikan investasi yang cukup menarik, seperti memaksimalkan keuntungan dan melaporkan kinerja keuangan yang akuntabel.
5. Tanggung jawab terhadap masyarakat sekitar, seperti menyediakan atau membuka lapangan kerja dan menjaga sitiiasi lingkungan yang sehat di sekitar perusahaan tersebut berada.

3.      TEORI - TEORI KEWIRAUSAHAAN
Menurut A. Pakerti, berwirausaha senantiasa melibatkan dua unsur pokok, yaitu soal peluang dan soal kemampuan menanggapi peluang. Hal ini dituangkan dalam teori:
1.      Teori Ekonomi
            Menyatakan bahwa wirausaha itu akan muncul dan berkembang kalau ada peluang ekonomi. Misalnya ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi dimasa depan merupakan peluang usaha. Disamping kebutuhan ekonomi, kemajuan teknologi juga membuka peluang usaha.
2.      Teori Sosiologi
Para ahli sosiologi mencoba menerangkan mengapa berbagai kelompok social (kelompok ras, suku, agama, dan kelas sosial) menunjukkan tanggapan yang berbeda-beda atas peluang usaha. Mereka meneliti faktor-faktor sosial budaya yang menerangkan p-erbedaan kewirausahaan antara berbagai kelompok itu. Hagen mengemukakan teori bahwa dalam kelompok  itu orang didorong menjadi wirausaha karena sebagai kelompok mereka dipandand rendah oleh kelompok elite dalam masyarakatnya. Kelompok yang makin direndahkan kedudukan sosialnya makin besar kecenderungan kewirausahaannya.
3.      Teori psikologis
            Perintis teori psikologi adalah David McCleland, ia menalarkan adanya hubungan antara perilaku kewirausahaan dengan kebutuhan untuk berprestasi (need for achievement atau nAch). Selanjutnya secara empiris ia menemukan korelasi positif antara kuatnya nAch dan perilaku wirausaha yang berhasil. nAch terbentuk pada masa kanak-kanak dan antaranya ditentukan oleh bacaan untuk Sekolah Dasar. Ini berarti itu harus ditanamkan sejak dini. Namun motif berprestasi bisa ditingkatkan melalui latihan pada orang dewasa.
4.      Teori Perilaku
            Wesper memandang perilaku wirausaha sebagai kerja. Ia menyimpulkan bahwa keberhasilan seseorang wirausaha tergantung dari :
a.       Pilihan tempat kerjanya sebelum mulai sebagai wira usaha
b.       Pilihan bidang usahanya, kerjasama dengan orang lain
c.       Kepiawaian dalam mengamalkan manajemen yang tepat.
            Ducker memandang kewirausahaan sebagai perilaku, bukan sebagai sifat kepribadian. Kewirausahaan adalah praktek kerja yang bertumpu pada konsep dan teori, bukan intuisi. Karena itu kewirausahaan dapat dipelajari dan dikuasai secara sistematik dan terencana. Ia menyarankan tiga macam unsure perilaku untuk mendukung berhasilnya praktek kewirausahaan :
a. Inovasi bertujuan
b. Manajemen-wirausaha
c. Strategi-wirausaha
            Menurut Ducker dasar pengetahuan kewirausahaan adalah inovasi, artinya cara baru memanfaatkan sumber daya untuk menciptakan kekayaan. Untuk membuahkan inovasi kita memperhatikan perubahan-perubahan yang terjadi disekitar kita secara sistematis. Ini menyangkut kepekaan dan ketrampilan diagnostic, dua macam kemampuan yang bisa dipelajari lewat latihan.
Orang yang mendirikan perusahaan harus tahu manajemen dan cara mengamalkannya. Manajemen kewirausahaan mengutamakan empat hal:
a. Fokus dasar
b. Antisipasi kebutuhan keuangan
c. Menyiapkan dan menyusun tim manajemen puncak, jauh sebelum diperlukan
d. Penentuan peran di pendiri dalam hubungannya dengan orang lain.

Strategi wirausaha yang diperlukan untuk menempatkan diri dalam pasar:
a. Pemimpin yang dominan dalam pasar
b. Imitasi kreatif
c. Monopoli dengan produk atau jasa yang sangat khusus
d. Menciptakan konsumen baru dengan menciptakan produk dan jasa baru.
            Teori perilaku beda dengan teori-teori yang dibicarakan sebelunnya karena mengutamakan kemampuan yang bisa dipelajari dan dikuasai sendiri oleh orang yang mau menjadi wirausaha. Ini berarti bahwa berhasil atau tidaknya seorang wirausaha tidak terutama ditentukan  oleh faktor-faktor diluar kuasa dirinya, tetapi sebagian besar ditentukan sendiri olehnya.
Berpangkal dari teori perilaku, kita bisa berupaya mengembangkan wirausaha dengan keyakinan bahwa kewirausahaan bisa dipelajari dan dikuasai. Teori perilaku dibatasi oleh warisan sisial dan keturunan. Kewirausahaan adalah pilihan kerja, pilihan karier. Jadi untuk mengembangkan wirausaha kita bisa menciptakan peluang ekonomi dan peluang belajar kewirausahaan secara sengaja dan terencana.

1. Neo Klasik
Teori ini memandang perusahaan sebagai sebuah istilah teknologis, dimana manajemen (individu-individu) hanya mengetahui biaya dan penerimaan perusahaan dan sekedar melakukan kalkulasi matematis untuk menentukan nilai optimal dari variabel keputusan. Jadi pendekatan neoklasik tidak cukup mampu untuk menjelaskan isu mengenai kewirausahaan. Dalam teori ini kemandirian sangat tidak terlihat, wajar saja, karena ini memang pada masa lampau dimana belum begitu urgen masalah kemandirian, namun cukup bisa menjadi teori awal untuk melahirkan teori-teori berikutnya.
2. Kirzerian Entrepreneur
Dalam teori Kirzer menyoroti tentang kinerja manusia, keuletanya, keseriusanya, kesungguhanya, untuk swa(mandiri), dalam berusaha, sehingga maju mundurnya suatu usaha tergantung pada upaya dan keuletan sang pengusaha.
Dari berbagai disiplin ilmu, lahirlah teori kewirausahaan yang dipandang dari sudut pandang mereka masing-masing, Teori ekonomi memandang bahwa lahirnya wirausaha disebabkan karena adanya peluang, dan ketidakpastian masa depanlah yang akan melahirkan peluang untuk dimaksimalkan, hal ini berkaitan dengan keberanian mengambil peluang, berspekulasi, menata organisasi, dan melahirkan berbagai macam inovasi.  Teori Sosiologi lebih mempelajari tentang, asal-usul budaya dan nilai-nilai sosial disuatu masyarakat, yang akan berdampak pada kemampuanya menanggapi peluang usaha dan mengolah usaha, sebagai contoh orang etnis cina dan padang dikenal sebagai orang yang ulet berusaha, maka fakta dilapangan menunjukkan, bahwa banyak sekali orang cina dan padang yang meraih kesuksesan dalam berwirausaha. Selanjutnya teori psikologi, menurut saya teori ini lebih menekankan pada motif individu yang melatarbelakangi dirinya untuk berwirausaha, apabila sejak kecil ditanamkan untuk berprestasi, maka lebih besar kemungkinan seorang individu lebih berani dalam menanggapi peluang usaha yang diperolehnya.
Yang terakhir adalah teori perilaku, bagaimana seorang wirausahawan harus memiliki kecakapan dalam mengorganisasikan suatu usaha, memanaje keuangan dan hal-hal terkait, membangun jaringan, dan memasarkan produk, dibutuhkan pribadi yang supel dan pandai bergaul untuk memajukan suatu usaha.